Kami jamaah haji Mandiri kota bandung kloter 20 berangkat tanggal 28 September jam 03.00 pagi sampai di Asrama haji Bekasi jam 07.00 untuk kemudian menginap satu malam, kami dijadwalkan berangkat menuju kota Madinah pada hari sabtu jam sembilan pagi dengan menggunakan pesawat Saudia Arabia Airlines. Di Madinah kami akan tinggal selama kurang lebih 8 hari untuk melaksanakan solat arbain atau sholat berjamaah 40 waktu di masjid Nabawi. Setelah kami tinggal di Madinah selama 8 hari kemudian kami berangkat pada tanggal 8 Oktober menuju kota Makkah. Sebelum menuju kota Mekkah kami terlebih dahulu melakukan Miqot di Masjid Bir Ali.
Masjid Bir Ali adalah satu Masjid yang sangat penting. Mengapa? Masjid
Bir Ali adalah tempat Miqot bagi penduduk Madinah yang akan ber-umroh
atau berhaji, seperti yang dicontohkan pula oleh Nabi. Masjid ini tidak
terlalu jauh dari Madinah, mungkin sekitar 15-20 menit dari kota
Madinah, sedangkan dari Masjid ini ke Mekkah sekitar 5 jam perjalanan.Jika kita Umroh dari Indonesia, pada umumnya setelah mendarat di Jeddah
langsung ke Madinah, bermukim beberapa hari di Madinah, lalu memulai
proses umroh dengan Miqot di Masjid Bir Ali, sesuai sunnah Nabi. Bagi
jemaah haji Indonesia, tidak semua orang miqot di Masjid ini, karena ada
yang ke Madinah dulu lalu ke Mekkah (kloter awal), tapi ada juga yang
sebalinya (kloter akhir). Bagi jemaah yang ke Madinah dulu tentu akan
miqot di Masjid ini.
Masjid Miqat. Letaknya kira-kira 12 km
dari Masjid Nabawi. Dinamakan Masjid Miqot karena disitulah miqot untuk
penduduk Madinah dan yang melewatinya. Diriwayatkan bahwa Nabi dalam
perjalanan pulang pergi dari Madinah ke Mekkah, beliau berhenti dan
sholat di tempat itu. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwasanya
Nabi jika berangkat ke Mekkah, beliau sholah di Masjid Syajarah, dan
ketika pulangnya beliau sholat di lembah Dzul Hulaifah, dan bermalam
disana (Shahih Bukhari No. 1533; lihat juga Shahih Muslim No. 1257).
Mengingat kedudukannya yang amat penting dalam sejarah, Masjid ini dibangun dan direnovasi kembali oleh Raja Fahd yang menelan biasa sekitar 170 juta Real Saudi, dengan daya tampung sekitar 5000 jamaah. Tinggi kubahnya sekitar 28m, sedangkan menaranya sekitar 64m. Masjid ini disebut juga dengan Masjid Dzhul Hulaifah, Masjid Syajarah atau Masjid Mahram”.
Nama Masjid As-Syajarah mempunyai makna “pohon”. Berikut adalah kutipan dari buku “Mukjizat Mekkah dan Madinah (hal 294), menyatakan sebagai berikut.
Menurut sejarah, ada sebuah pohon akasia di kawasan Zulhulaifah yang digunakan Rasulullah SAW untuk berteduh ketika singgah di kawasan itu dalam perjalanan ke Mekah untuk menunaikan haji dan umroh. Masjid ini dibangun di tempat asal pohon itu. Oleh karena itu dinamakan “Masjid Pohon”.Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengerjakan sholat berdekatan dengan tiang di tengah-tengah masjid ini. Pada jaman sekarang masjid ini dikenal dengan masjid Al-Muhrim (tempat niat haji atau umroh bagi penduduk Madinah atau mereka yang datang dari arah Madinah), juga dengan nama Masjid Zhulhulaifah atau Bir Ali.
Berikut ini adalah sejumlah foto lain
yang memperlihatkan keindahan dan kebersihan Masjid tersebut yang saya
ambil dari beberapa situs di internet, karena ketika di mesjid Bir Ali kita hanya diberi kesempatan untuk sholat dan memakai pakaian ihrom saja sekitar 20 menit jadi tidak sempat foto-foto.
Diperkirakan di tempat pohon itulah; Masjid dibangun. Sebetulnya para sahabat nabi SAW tidak bisa memastikan titik tempat bekas pohon akasia tersebut, karena dighoibkan oleh Allah. Dasar Haditsnya: صحيح البخاري (5/ 124)
BalasHapus4163 - حَدَّثَنَا مَحْمُودٌ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنْ طَارِقِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ: انْطَلَقْتُ حَاجًّا، فَمَرَرْتُ بِقَوْمٍ يُصَلُّونَ، قُلْتُ: مَا هَذَا المَسْجِدُ؟ قَالُوا: هَذِهِ الشَّجَرَةُ، حَيْثُ بَايَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْعَةَ الرِّضْوَانِ، فَأَتَيْتُ سَعِيدَ بْنَ المُسَيِّبِ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ سَعِيدٌ، حَدَّثَنِي أَبِي " أَنَّهُ كَانَ فِيمَنْ بَايَعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ، قَالَ: فَلَمَّا خَرَجْنَا مِنَ العَامِ المُقْبِلِ نَسِينَاهَا، فَلَمْ نَقْدِرْ عَلَيْهَا "، فَقَالَ سَعِيدٌ: «إِنَّ أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَعْلَمُوهَا وَعَلِمْتُمُوهَا أَنْتُمْ فَأَنْتُمْ أَعْلَمُ».
Arti selain isnadnya:
BalasHapusThariq berkata, "Saya pernah pergi haji. Saya bertemu kaum yang sedang sholat. Saya bertanya 'Masjid apa ini?'. Mereka menjawab 'Masjid Syajarah, di mana Rasulullah SAW pernah mengadakan Baiatur Ridhwan'. Saya datang pada Said bin Al-Musayyab untuk melaporkan. Said berkata 'ayah saya memberi kabar pada saya; dulu dia di dalam golongan kaum yang berbaiat pada Rasulallah SAW, di bawah Syajarah'. Dia berkata 'ketika tahun depannya kami keluar lagi (menuju tempat tersebut); ternyata kami semua lupa tempatnya. Kami tak mampu mencari pohon tersebut'. Said berkata 'sungguh para sahabat Muhammad SAW tidak tahu titik tempat tersebut; namun kalian semua justru lebih tahu'."