Masjid
Al-Ghamamah dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di
Madinah. Kemudian direnovasi oleh Sultan Mamalik, Hasan bin Muhammad
Qalawun Ash-Shalihi tahun 761 H.
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan. Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang. Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut. Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih. Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih. Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan. Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang. Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut. Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih. Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih. Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Masjid Al Ghamamah
Masjid Al Ghamamah terletak sekitar 350
sebelah barat daya Masjid Nabawi. Al Ghamamah berarti awan yang
mengandung hujan. Dalam riwayat diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW
pernah sholat ‘Ied disini. Karena rasa rindu Rasulullah pada umatnya
maka khotbah Beliau menjadi sangat panjang sehingga umatnya menjadi
gelisah karena kepanasan. Melihat itu, Rasulullah SAW berdoa sehingga
oleh Allah dikirimkan awan Ghumamah untuk menaungi jamah sholat ‘Ied
yang kepanasan. Awalnya tempat ini hanya berupa tanah lapang, pada tahun
50H dibangun masjid oleh Khalifah Umar ibn Abdul Aziz untuk
memperingati kejadian tersebut.
Masjid
Al-Ghamamah dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di
Madinah. Kemudian direnovasi oleh Sultan Mamalik, Hasan bin Muhammad
Qalawun Ash-Shalihi tahun 761 H.
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan. Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang. Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut. Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih. Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih. Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan. Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang. Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut. Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih. Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih. Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Masjid
Al-Ghamamah dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di
Madinah. Kemudian direnovasi oleh Sultan Mamalik, Hasan bin Muhammad
Qalawun Ash-Shalihi tahun 761 H.
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan. Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang. Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut. Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih. Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih. Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan. Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang. Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut. Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih. Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih. Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Masjid Ali Bin Abi Thalib – Madinah
Masjid Ali bin Abi Thalib terletak di sebelah barat Masjid Nabawi sejauh sekitar 290 meter dan sekitar 122 meter dari Masjid Ghamama.
Menurut riwayat, Nabi pernah sholat Ied di tempat ini. sementara
riwayat yang lain menyebutkan bahwa masjid ini dibangun di teratak rumah
Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Lokasinya berdekatan dengan Masjid Abu Bakar, Masjid Ghamama. Saat ini masjid ini dipagar tinggi sehingga tidak bisa dimasuki dan didalamnya terdapat beberapa pohon kurma yang asri.
Masjid
ini
berbentuk persegi panjang. Dari timur ke barat, panjangnya 35 meter dan
lebar sembilan meter. Terdiri dari satu serambi yang berakhir dari dua
arah;
timur dan barat dengan satu kamar kecil. Memang tidak ada keistimewaan
ataupun anjuran untuk sholat di masjid ini bagi para jemaah Haji ataupun
Umrah, karena memang pembangunannya ditujukan bagi mengenang Khalifah
Ali Bin Abi Thalib, khalifah ke empat atau terahir dari empat Khulafaur
Rasyidin.
Masjid Abu Bakar Shiddiq berada di sebuah jalan lebar di barat daya Masjid Nabawi, dekat dengan Masjid Al-Ghamamah.
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1254 H.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1254 H.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid Abu Bakar Shiddiq berada di sebuah jalan lebar di barat daya Masjid Nabawi, dekat dengan Masjid Al-Ghamamah.
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1254 H.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1254 H.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid Abu Bakar Shiddiq berada di sebuah jalan lebar di barat daya Masjid Nabawi, dekat dengan Masjid Al-Ghamamah.
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1254 H.
Masjid Abu Bakar Shiddiq berbentuk segi empat. Panjang rusuknya sembilan meter. Dibangun dengan batu basal. Bagian dalam dicat dengan wama putih. Jalan masuknya berada di dinding selatan. Di sebelah kanan dan kiri jalan masuk terdapat dua jendela persegi panjang.
Jalan masuk langsung mengantarkan jamaah menuju ruang shalat. Ruang shalatnya beratapkan kubah yang dari dalam, tingginya mencapai 12 meter. Di bagian atas leher kubah terdapat delapan jendela kecil untuk penerangan. Mihrabnya terletak di tengah dinding masjid sebelah selatan dengan tinggi ± 2 meter. Luas cekungan (celah) mihrab sekitar 80 cm.
Menara adzannya berada di sudut timur laut. Bagian fondasinya memiliki area persegi empat. Terdapat tiang silinder di tengahnya dan berakhir dengan muqamas penyangga balkon. Di atas tiang silinder itu dilapisi logam berbentuk kerucut dengan bagian paling atas berbentuk bulan sabit.
Di arah timur Masjid Abu Bakar terdapat teras persegi panjang dengan panjang dari utara ke barat mencapai 13 meter dan lebar enam meter. Pintu dari arah utara menghampar ke halaman Masjid Al-Ghamamah. Dinding sebelah timur dilapisi batu hitam. Kubah menaranya dicat dengan warna putih sehingga dua warna terpadu dengan serasi dan indah.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1254 H.
Masjid Abu Bakar Shiddiq berbentuk segi empat. Panjang rusuknya sembilan meter. Dibangun dengan batu basal. Bagian dalam dicat dengan wama putih. Jalan masuknya berada di dinding selatan. Di sebelah kanan dan kiri jalan masuk terdapat dua jendela persegi panjang.
Jalan masuk langsung mengantarkan jamaah menuju ruang shalat. Ruang shalatnya beratapkan kubah yang dari dalam, tingginya mencapai 12 meter. Di bagian atas leher kubah terdapat delapan jendela kecil untuk penerangan. Mihrabnya terletak di tengah dinding masjid sebelah selatan dengan tinggi ± 2 meter. Luas cekungan (celah) mihrab sekitar 80 cm.
Menara adzannya berada di sudut timur laut. Bagian fondasinya memiliki area persegi empat. Terdapat tiang silinder di tengahnya dan berakhir dengan muqamas penyangga balkon. Di atas tiang silinder itu dilapisi logam berbentuk kerucut dengan bagian paling atas berbentuk bulan sabit.
Di arah timur Masjid Abu Bakar terdapat teras persegi panjang dengan panjang dari utara ke barat mencapai 13 meter dan lebar enam meter. Pintu dari arah utara menghampar ke halaman Masjid Al-Ghamamah. Dinding sebelah timur dilapisi batu hitam. Kubah menaranya dicat dengan warna putih sehingga dua warna terpadu dengan serasi dan indah.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid Abu Bakar Shiddiq berada di sebuah jalan lebar di barat daya Masjid Nabawi, dekat dengan Masjid Al-Ghamamah.
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1254 H.
Masjid Abu Bakar Shiddiq berbentuk segi empat. Panjang rusuknya sembilan meter. Dibangun dengan batu basal. Bagian dalam dicat dengan wama putih. Jalan masuknya berada di dinding selatan. Di sebelah kanan dan kiri jalan masuk terdapat dua jendela persegi panjang.
Jalan masuk langsung mengantarkan jamaah menuju ruang shalat. Ruang shalatnya beratapkan kubah yang dari dalam, tingginya mencapai 12 meter. Di bagian atas leher kubah terdapat delapan jendela kecil untuk penerangan. Mihrabnya terletak di tengah dinding masjid sebelah selatan dengan tinggi ± 2 meter. Luas cekungan (celah) mihrab sekitar 80 cm.
Menara adzannya berada di sudut timur laut. Bagian fondasinya memiliki area persegi empat. Terdapat tiang silinder di tengahnya dan berakhir dengan muqamas penyangga balkon. Di atas tiang silinder itu dilapisi logam berbentuk kerucut dengan bagian paling atas berbentuk bulan sabit.
Di arah timur Masjid Abu Bakar terdapat teras persegi panjang dengan panjang dari utara ke barat mencapai 13 meter dan lebar enam meter. Pintu dari arah utara menghampar ke halaman Masjid Al-Ghamamah. Dinding sebelah timur dilapisi batu hitam. Kubah menaranya dicat dengan warna putih sehingga dua warna terpadu dengan serasi dan indah.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1254 H.
Masjid Abu Bakar Shiddiq berbentuk segi empat. Panjang rusuknya sembilan meter. Dibangun dengan batu basal. Bagian dalam dicat dengan wama putih. Jalan masuknya berada di dinding selatan. Di sebelah kanan dan kiri jalan masuk terdapat dua jendela persegi panjang.
Jalan masuk langsung mengantarkan jamaah menuju ruang shalat. Ruang shalatnya beratapkan kubah yang dari dalam, tingginya mencapai 12 meter. Di bagian atas leher kubah terdapat delapan jendela kecil untuk penerangan. Mihrabnya terletak di tengah dinding masjid sebelah selatan dengan tinggi ± 2 meter. Luas cekungan (celah) mihrab sekitar 80 cm.
Menara adzannya berada di sudut timur laut. Bagian fondasinya memiliki area persegi empat. Terdapat tiang silinder di tengahnya dan berakhir dengan muqamas penyangga balkon. Di atas tiang silinder itu dilapisi logam berbentuk kerucut dengan bagian paling atas berbentuk bulan sabit.
Di arah timur Masjid Abu Bakar terdapat teras persegi panjang dengan panjang dari utara ke barat mencapai 13 meter dan lebar enam meter. Pintu dari arah utara menghampar ke halaman Masjid Al-Ghamamah. Dinding sebelah timur dilapisi batu hitam. Kubah menaranya dicat dengan warna putih sehingga dua warna terpadu dengan serasi dan indah.
- See more at: http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar