Masjid
Al-Ghamamah dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di
Madinah. Kemudian direnovasi oleh Sultan Mamalik, Hasan bin Muhammad
Qalawun Ash-Shalihi tahun 761 H.
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan.
Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna
hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan
Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua
bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi
panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap
dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan
masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah
yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di
jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter
aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam
dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada
dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang.
Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi
terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat
pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian
selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki
sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut.
Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara
itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara
berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi
persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal
hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih.
Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih.
Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga
memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at:
http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Masjid Al Ghamamah
Masjid Al Ghamamah terletak sekitar 350
sebelah barat daya Masjid Nabawi. Al Ghamamah berarti awan yang
mengandung hujan. Dalam riwayat diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW
pernah sholat ‘Ied disini. Karena rasa rindu Rasulullah pada umatnya
maka khotbah Beliau menjadi sangat panjang sehingga umatnya menjadi
gelisah karena kepanasan. Melihat itu, Rasulullah SAW berdoa sehingga
oleh Allah dikirimkan awan Ghumamah untuk menaungi jamah sholat ‘Ied
yang kepanasan. Awalnya tempat ini hanya berupa tanah lapang, pada tahun
50H dibangun masjid oleh Khalifah Umar ibn Abdul Aziz untuk
memperingati kejadian tersebut.
Bangunan yang sekarang adalah peninggalan Sultan Abdul Majid al
Utsmani (1839-1861) dari Dinasti Usmani pada sekitar tahun 1270-an H.
Renovasi dilakukan pada masa Raja Fahd dari Saudi Arabia tahun 1411H.
Masjid
Al-Ghamamah dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di
Madinah. Kemudian direnovasi oleh Sultan Mamalik, Hasan bin Muhammad
Qalawun Ash-Shalihi tahun 761 H.
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan.
Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna
hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan
Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua
bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi
panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap
dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan
masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah
yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di
jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter
aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam
dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada
dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang.
Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi
terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat
pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian
selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki
sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut.
Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara
itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara
berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi
persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal
hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih.
Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih.
Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga
memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at:
http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Masjid
Al-Ghamamah dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di
Madinah. Kemudian direnovasi oleh Sultan Mamalik, Hasan bin Muhammad
Qalawun Ash-Shalihi tahun 761 H.
Pada masa Sultan Inal (tahun 861 H) dilakukan perbaikan-perbaikan.
Setelah itu, Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi secara sempurna
hingga masa kini, selain perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sultan
Abdul Hamid dan Pemerintahan Arab Saudi.
Masjid Al-Ghamamah ini berbentuk persegi panjang, terdiri dari dua
bagian; jalan masuk dan aula shalat. Jalan masuknya berbentuk persegi
panjang dengan panjang 26 meter dan lebar empat meter. Diberi atap
dengan lima kubah bola. Memiliki lengkungan runcing.
Di bagian atasnya terdapat kubah tengah yang terpasang di atas jalan
masuk masjid bagian luar. Kubah-kubah ini lebih rendah dari enam kubah
yang membentuk atap aula shalat. Jalan masuk terbuka di bagian utara di
jalan raya melalui lengkungan runcing.
Sementara aula shalat memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter
aula ini dibagi menjadi dua serambi dan diatapi dengan enam kubah dalam
dua barisan yang sejajar. Yang paling besar adalah kubah mihrab. Pada
dinding aula shalat bagian timur terdapat dua jendela persegi panjang.
Pada bagian atasnya terdapat dua jendela kecil dan di atasnya lagi
terdapat jendela ketiga berbentuk bulat. Hal yang sama juga terdapat
pada aula shalat bagian barat.
Mihrab Masjid Al-Ghamamah berada di tengah dinding aula shalat bagian
selatan. Di samping mihrab terdapat mimbar pualam yang memiliki
sembilan tangga. Bagian atasnya terdapat kubah berbentuk kerucut.
Pintunya berasal dari kayu yang dihias dengan khat utsmani. Sementara
itu, menara adzannya berada di sudut barat laut. Bagian bawah menara
berbentuk persegi empat setinggi masjid. Kemudian berubah bentuk menjadi
persegi delapan, dan berakhir
Di bagian luar, Masjid Al-Ghamamah dihiasi dengan lapisan batu basal
hitam. Sementara itu, bagian atas kubahnya dipoles dengan warna putih.
Di bagian dalam, dinding dan cekungan kubah dipoles dengan warna putih.
Tiang-tiang penyangga masjid dipoles dengan warna hitam sehingga
memberikan pemandangan indah pada masjid dengan dua warna yang serasi.
- See more at:
http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-al-ghamamah/#sthash.siyBxU3d.dpuf
Masjid Ali Bin Abi Thalib – Madinah
Masjid Ali bin Abi Thalib terletak di sebelah barat Masjid Nabawi sejauh sekitar 290 meter dan sekitar 122 meter dari Masjid Ghamama.
Menurut riwayat, Nabi pernah sholat Ied di tempat ini. sementara
riwayat yang lain menyebutkan bahwa masjid ini dibangun di teratak rumah
Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Lokasinya berdekatan dengan Masjid Abu Bakar, Masjid Ghamama. Saat ini masjid ini dipagar tinggi sehingga tidak bisa dimasuki dan didalamnya terdapat beberapa pohon kurma yang asri.
Masjid ini
dibangun pada masa Umar bin Abdul Aziz memerintah Madinah. Kemudian
direnovasi oleh Gubernur Dhaigham Al-Manshuri, Gubemur Madinah tahun 881
H. Setelah itu juga direhab oleh Sultan Abdul Majid I, tahun 1269 H.
Lalu direnovasi oleh Raja Fahd pada tahun 1411 H sehingga luasnya
mencapai 682 m2 dengan menara setinggi 26 meter. Jika diperhatikan,
menara Masjid Alibin Abi Thalib serupa dengan menara Masjid Umar bin
Khattab.
Masjid
ini
berbentuk persegi panjang. Dari timur ke barat, panjangnya 35 meter dan
lebar sembilan meter. Terdiri dari satu serambi yang berakhir dari dua
arah;
timur dan barat dengan satu kamar kecil. Memang tidak ada keistimewaan
ataupun anjuran untuk sholat di masjid ini bagi para jemaah Haji ataupun
Umrah, karena memang pembangunannya ditujukan bagi mengenang Khalifah
Ali Bin Abi Thalib, khalifah ke empat atau terahir dari empat Khulafaur
Rasyidin.
Mihrabnya
berada di tengah dinding kiblat. Tingginya mencapai tiga meter. Cekungannya
kira-kira 1,25 meter. Menara masjid berdiri tegak di sebelah timur dekat dengan
jalan masuk masjid, tidak terlalu tinggi dan memiliki satu balkon. Berakhir
dengan bentuk kerucut dari logam. Masjid
Ali bin Abi Thalib dibangun dengan batu basal dan dicat dengan warna putih.
Dinding sebelah timurnya dihias dengan batu hitam.
Masjid Abu Bakar Shiddiq berada di sebuah jalan lebar di barat daya Masjid Nabawi, dekat dengan Masjid Al-Ghamamah.
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk
shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid
ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan
Mahmud II pada tahun 1254 H.
- See more at:
http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid Abu Bakar Shiddiq berada di sebuah jalan lebar di barat daya Masjid Nabawi, dekat dengan Masjid Al-Ghamamah.
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk
shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid
ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan
Mahmud II pada tahun 1254 H.
- See more at:
http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid Abu Bakar Shiddiq berada di sebuah jalan lebar di barat daya Masjid Nabawi, dekat dengan Masjid Al-Ghamamah.
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk
shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid
ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan
Mahmud II pada tahun 1254 H.
Masjid Abu Bakar Shiddiq berbentuk segi empat. Panjang rusuknya
sembilan meter. Dibangun dengan batu basal. Bagian dalam dicat dengan
wama putih. Jalan masuknya berada di dinding selatan. Di sebelah kanan
dan kiri jalan masuk terdapat dua jendela persegi panjang.
Jalan masuk langsung mengantarkan jamaah menuju ruang shalat. Ruang
shalatnya beratapkan kubah yang dari dalam, tingginya mencapai 12 meter.
Di bagian atas leher kubah terdapat delapan jendela kecil untuk
penerangan. Mihrabnya terletak di tengah dinding masjid sebelah selatan
dengan tinggi ± 2 meter. Luas cekungan (celah) mihrab sekitar 80 cm.
Menara adzannya berada di sudut timur laut. Bagian fondasinya
memiliki area persegi empat. Terdapat tiang silinder di tengahnya dan
berakhir dengan muqamas penyangga balkon. Di atas tiang silinder itu
dilapisi logam berbentuk kerucut dengan bagian paling atas berbentuk
bulan sabit.
Di arah timur Masjid Abu Bakar terdapat teras persegi panjang dengan
panjang dari utara ke barat mencapai 13 meter dan lebar enam meter.
Pintu dari arah utara menghampar ke halaman Masjid Al-Ghamamah. Dinding
sebelah timur dilapisi batu hitam. Kubah menaranya dicat dengan warna
putih sehingga dua warna terpadu dengan serasi dan indah.
- See more
at:
http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf
Masjid Abu Bakar Shiddiq berada di sebuah jalan lebar di barat daya Masjid Nabawi, dekat dengan Masjid Al-Ghamamah.
Masjid ini merupakan salah satu tempat yang pernah digunakan untuk
shalat ‘Id oleh Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq, kemudian nama masjid
ini pun dinisbahkan kepadanya. Masjid Abu Bakar Shiddiq dibangun pada
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu direnovasi oleh Sultan
Mahmud II pada tahun 1254 H.
Masjid Abu Bakar Shiddiq berbentuk segi empat. Panjang rusuknya
sembilan meter. Dibangun dengan batu basal. Bagian dalam dicat dengan
wama putih. Jalan masuknya berada di dinding selatan. Di sebelah kanan
dan kiri jalan masuk terdapat dua jendela persegi panjang.
Jalan masuk langsung mengantarkan jamaah menuju ruang shalat. Ruang
shalatnya beratapkan kubah yang dari dalam, tingginya mencapai 12 meter.
Di bagian atas leher kubah terdapat delapan jendela kecil untuk
penerangan. Mihrabnya terletak di tengah dinding masjid sebelah selatan
dengan tinggi ± 2 meter. Luas cekungan (celah) mihrab sekitar 80 cm.
Menara adzannya berada di sudut timur laut. Bagian fondasinya
memiliki area persegi empat. Terdapat tiang silinder di tengahnya dan
berakhir dengan muqamas penyangga balkon. Di atas tiang silinder itu
dilapisi logam berbentuk kerucut dengan bagian paling atas berbentuk
bulan sabit.
Di arah timur Masjid Abu Bakar terdapat teras persegi panjang dengan
panjang dari utara ke barat mencapai 13 meter dan lebar enam meter.
Pintu dari arah utara menghampar ke halaman Masjid Al-Ghamamah. Dinding
sebelah timur dilapisi batu hitam. Kubah menaranya dicat dengan warna
putih sehingga dua warna terpadu dengan serasi dan indah.
- See more
at:
http://www.jurnalhaji.com/wijhat/tempat-ibadah/masjid-masjid-bersejarah-di-madinah-masjid-abu-bakar-shiddiq/#sthash.ISk5G6qw.dpuf